Puisi : Bisik Bisik Bantal Si David
Oya perkenalkan,
Aku adalah bantal yg jadi sandaran,
Dari kepala remaja yang diantukkan,
Yang tak sadarkan diri selama sebulan.
Aku adalah yang menemani hari harinya,
Memulihkan jasadnya kritis dan koma,
Aku yang menyaksikan tangis serta doa,
Ibu dan ayahnya,
Bolak balik tak kenal putus asa,
Pagi, siang, malam, tak kenal lelah.
Terluka,
Bercucuran air mata.
Bagaimana bisa?
Mengapa harus anaknya?
Apa salah anaknya?
Jiwa berlarut-larut sedih,
Hati teriris begitu pedih,
Dendam bisa saja mendidih.
David ini mungkin tak tahu,
Kalau ia jadi saksi naas nan bisu,
Bagian penting dari tabir kegelapan,
Mungkin nanti setelah siuman.
Siapa sangka kasus penganiayaan terhadapnya kemarin hari,
Berbuntut panjang sampai ke urusan keuangan negeri,
Kepalanya yang dihempaskan ke aspal, dibanting,
Ternyata tak hanya membuka luka di kening.
Namun juga menyingkap misteri kejahatan,
Para begundal pengelola uang kenegaraan.
Pejabat pajak yang mecing,
Kini berlari terkencing kencing,
Khawatir ketahuan menggendutkan rekening.
"Kerjamu licik dan tidak berat,"
"Kekayaanmu melesat pesat,"
"Anakmu dimanja uang rakyat,"
"Tapi akhlaq nol, bangsattt,"
"Kejam, keji, tega seperti psikopat."
Do'a terbaik buat David Latumahina yang tetap kuat,
Seperti nabi Daud yang menaklukkan Goliath.
Dari bantal yang tak pernah bisa menghujat.
14 Maret 2023
Komentar
Posting Komentar